Bagi banyak orang, membaca papan petunjuk, mengenali wajah teman lama, atau sekadar memeriksa cuaca adalah hal sepele. Namun, bagi penyandang tunanetra atau mereka yang mengalami gangguan penglihatan, itu bisa menjadi tantangan sehari-hari.
Disinilah teknologi yang dikembangkan oleh Solos dan Envision hadir, yaitu berupa kacamata pintar AirGo dengan AI bernama Ally. AirGo dirancang untuk menjadi “mata kedua” bagi penggunanya.
Fungsi AI di Kacamata AirGo
Dengan kacamata pintar AirGo, cukup dengan berbicara, penyandang tunanetra bisa bertanya, “Apa yang ada di hadapanku?” dan Ally akan menjawab dengan deskripsi yang jelas. Mereka juga dapat meminta kacamata membaca menu di restoran, memindai dokumen penting, atau mengingatkan jadwal pertemuan. Ally bahkan mengingat konteks percakapan, sehingga interaksi terasa alami layaknya berbicara dengan teman.
Bagi pengguna rabun, tersedia juga lensa resep yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Teknologi ini juga dirancang fleksibel, dimana bingkai depannya bisa diganti untuk menyesuaikan gaya yang disukai pengguna. Dilengkapi juga directional speaker terarah memastikan suara hanya terdengar oleh pemakai.
HTC Vive Eagle Meluncur, Siap Jadi Pesaing Meta Ray-ban • Jagat Gadget
Meski fokusnya pada komunitas low-vision, sebenarnya fungsi kacamata pintar ini juga bisa menjangkau segmen yang lebih luas. Bisa dipakai lansia, penyandang disabilitas kognitif, atau siapa saja yang merasa kewalahan dengan perangkat modern namun penasaran dengan potensi AI.
AirGo dijual dengan harga mulai dari USD 399 atau sekitar Rp 6,4 jutaan. Dengan fungsinya yang sangat berguna, pastinya ini bukan harga yang terlalu mahal. Lebih dari sekadar perangkat pintar, AirGo menunjukkan bagaimana teknologi dapat menyentuh kehidupan, bukan hanya mengagumkan di atas kertas.