Selular.ID – Jika diibaratkan seorang atlet, Huawei adalah gabungan pelari marathon dan juga sprinter. Ini adalah keunikan sekaligus kekuatan yang jarang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan raksasa lainnya, di tengah persoalan geopolitik yang semakin meluas.
Di tengah tekanan berat akibat sanski AS yang diberlakukan sejak pertengahan 2019 lalu, vendor yang berbasis di Shenzhen itu dipaksa untuk tetap survive sekaligus memenangkan persaingan.
Di sisi lain, untuk mengejar ketertinggalan, Huawei harus mempercepat langkah agar tidak tertinggal dalam perlombaan teknologi.
Tengok saja dalam kompetisi keras dengan para produsen chip dunia, alih-alih surut karena keterbatasan pasokan karena larangan ekspor oleh AS, Huawei malah semakin melejit.
Laporan terbaru menyebutkan, raksasa teknologi itu bekerja sama dengan Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) bersiap untuk membuat chip 3nm (nanometer) yang canggih.
Keberhasilan tersebut tentu akan semakin membuat gerah AS, yang beberapa tahun terakhir terus berupaya mengisoliasi Huawei dari ekosistem chip dunia.
Huawei yang sempat sempoyongan karena sanksi AS yang datang bertubi-tubi, berencana untuk mengirim desain tersebut ke produsen chip terbesar di China itu pada 2026.
Menurut laporan Taiwan Economic Daily, perusahaan yang didirikan oleh Ren Zhengfei itu, beralih ke arsitektur gate-all-around (GAA), yang digunakan oleh Samsung Foundry, dan menjauh dari desain silikon tradisional.
** Takut Disanksi AS, Malaysia Batal Rencana Gunakan Chip Ascend Milik Huawei**
Perusahaan tersebut tengah mengembangkan apa yang disebut desain 3nm berbasis karbon, yang menampilkan nanotube karbon dan material dua dimensi, analis chip dan AI yang berbasis di AS Ray Wang mencatat di X, mengutip sumber internal di Huawei.
Wong menambahkan perusahaan tersebut telah menyelesaikan validasi lab chip 3nm, yang saat ini sedang menjalani adaptasi lini produksi di SMIC.
Jajaran prosesor Kirin dan chip AI Ascend Huawei saat ini diproduksi diketahui masih menggunakan teknologi node 7nm.
Seperti halnya Huawei dan banyak perusahaan teknologi China, SMIC juga dilarang mengimpor peralatan litografi ultraviolet ekstrem canggih dari ASML, perusahaan yang berbasis di Belanda.
Inisiatif R&D bersama tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa sanksi perdagangan AS telah gagal menghentikan upaya China untuk menciptakan sektor chip domestik yang layak dan mampu memproduksi produk-produk canggih.
Pendiri blog industri Radio Free Mobile Richard Windsor, bagaimanapun, mencatat awal bulan ini bahwa proses 7nm Huawei, yang menggunakan teknik multipola dan peralatan yang dirancang untuk proses sekitar 14nm, melibatkan lebih banyak langkah dan lebih rumit, dengan hasil yang jauh lebih rendah daripada yang diproduksi di TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing) dan lainnya.
Bulan lalu, The Wall Street Journal melaporkan Huawei berencana untuk menguji kelayakan teknis chip Ascend baru, yang diposisikannya untuk menjadi lebih kuat daripada chip H100 Nvidia, yang dilarang di China pada akhir 2023.
Bagaimana pun kemajuan yang diraih Huawei, telah menyadarkan barat bahwa perusahaan-perusahaan China bukan pemain yang bisa dianggap sepele.
CEO Nvidia Jensen Huang baru-baru ini mengakui kesenjangan antara chip AS dan China semakin menyempit, dan minggu lalu menyebut upaya AS untuk membatasi ekspor chip AI ke China sebagai kegagalan.
CEO berdarah Taiwan itu, mendesak pemerintahan Trump untuk mengubah peraturan yang mengatur ekspor chip AI dari AS.
Seruan itu menjadikan Huang segelintir CEO yang berani bersuara keras terhadap kebijakan kenaikan tarif yang dinilai merugikan banyak pihak.
Menurut Huang, meskipun China mungkin tidak unggul, negara itu mengikuti AS dengan ketat dalam perlombaan teknologi ini.
Seruan Huang untuk perubahan regulasi muncul pada saat yang kritis ketika AS sedang berjuang untuk mempertahankan keunggulan teknologinya di tengah meningkatnya persaingan dari negara-negara lain.
Ia menambahkan bahwa pembatasan ekspor saat ini tidak hanya membatasi jangkauan global teknologi AS, tetapi juga berpotensi menghambat inovasi di AS sendiri.
Sebaliknya, dengan melonggarkan pembatasan, AS dapat mendorong lingkungan yang lebih kompetitif yang mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi AI mutakhir.